6.1 Metodologi Sistem
Metodologi adalah bentuk daripada kesatuan metode-metode,
prosedur-prosedur, konsep pekerjaan, aturan yang digunakan oleh suatu ilmu
pengetahuan, seni dan disiplin ilmu lainnya. Metode adalah aturan, cara, teknik
yang sistematik untuk mengerjakan sesuatu.
Metodologi sistem (sebagaimana diterapkan pada jaringan) adalah suatu cara untuk melihat jaringan yang di rancang, bersama dengan subset dari lingkungan-lingkungannya (segala sesuatu yang
berinteraksi dengan jaringan atau dampak dari adanya jaringan), sebagai suatu sistem.
Terkait dengan kegunaan sistem
ini adalah adanya peningkatan kinerja dan fungsi
yang ditawarkan oleh jaringan ke seluruh sistem. Pendekatan ini menempatkan jaringan sebagai bagian dari sistem yang lebih besar,
dengan interaksi dan ketergantungan antara
jaringan dan pengguna, aplikasi, dan perangkat-perangkatnya.
Salah satu konsep dasar metodologi
sistem adalah asitektur
dan desain jaringan yang
selalu memperhitungkan
keseluruhan kualitas jasa, dimana
dengan adanya jasa tersebut, masing-masing jaringan tersebut akan dapat memberikan dukungan dan layanan yang lebih optimal.
Hal ini juga
mencerminkan kecanggihan suatu
jaringan tersebut, yang
mungkin diawal berkembang
dari hanya menyediakan
konektivitas dasar dan kinerja paket-forwarding
hingga menjadi platform untuk berbagai layanan.
6.2 Definisi Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem ialah satu set aktivitas, metode, praktik terbaik,
siap dikirimkan, dan peralatan terotomasi yang digunakan oleh stakeholder untuk
mengembangkan dan memelihara sistem informasi dan perangkat lunak.
Biasanya pengembangan sistem dilakukan apabila sistem yang lama sudah
tidak bisa mengimbangi/memadai kebutuhan atau pun perkembangan perusahaan,
sehingga terdapat beberapa pendapat tentang definisi pengembangan sistem,
antara lain:
1. Menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara
keseluruhan
atau memperbaiki sistem yang telah ada.
2. Suatu proses pengaplikasian teknologi informasi
untuk suatu tujuan tertentu atau
menyelesaikan
suatu masalah.
3. Memilah suatu masalah yang besar dan
kompleks menjadi beberapa bagian kecil yang dapat dikelola.
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan/memperbaiki sistem yang telah
ada.
Dengan telah dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan akan
terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru, yaitu meningkatkan:
1. Performance (kinerja),` peningkatan
terhadap kinerja sistem yang baru sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat
diukur dari throughput (jumlah dari pekerjaan yang dapat dilakukan suatu saat
tertentu dan response time (rata-rata waktu yang tertunda diantara dua
transaksi/pekerjaan ditambah dengan waktu response untuk menanggapi pekerjaan
tersebut).
2. Information (informasi), peningkatan
terhadap kualitas informasi yang disajikan.
3. Economy (ekonomis), peningkatan
terhadap manfaat-manfaat/keuntungan-keuntungan/penurunan-penurunan biaya yang
terjadi.
4. Control (pengendalian), peningkatan
terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan
serta kecurangan-kecurangan yang dan akan terjadi.
5. Efficiency (efisiensi), peningkatan
terhadap efisiensi operasi.
6. Services (pelayanan), peningkatan
terhadap pelayanan yang diberikan oleh sistem.
6.3 Prinsip Pengembangan Sistem
Beberapa prinsip yang harus digunakan pada saat pengembangan sistem
adalah:
1. Prinsip - 1 : Libatkan para pengguna
system
Guna menghindari konflik antara
pengguna dan pengembang sistem, maka dalam menciptakan solusi dengan teknologi
yang menarik harus melibatkan pengguna sistem yang mengetahui masalah-masalah
organisasi yang sebenarnya. Hal ini dilakukan karena tujuan akhir dari
pengembangan sistem ini adalah mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh pihak
manajemen.
2. Prinsip – 2 : Gunakan pendekatan
pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah yang klasik adalah:
o Mempelajari dan memahami masalah, konteks dan pengaruhnya.
o Mendefinisikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh semua solusi.
o Mengidentifikasikan solusi-solusi calon yang memenuhi persyaratan dan
memilih solusi terbaik.
o Merancang dan atau mengimplementasikan solusi terpilih.
o Mengamati dan mengawasi pengaruh solusi dan memperbaiki solusi
tersebut.
Analis sistem harus mendekati semua proyek dengan menggunakan beberapa
variasi pendekatan pemecahan masalah tersebut.
3. Prinsip – 3 : Bentuklah fase dan
aktivitas
Fase-fase yang dapat dibentuk dalam pengembangan sistem adalah
definisikan lingkup, analisis masalah, analisis persyaratan, desain logis,
analisis keputusan, desain fisik dan integrasi, konstruksi dan pengujian serta
instalasi dan pengujian.
4. Prinsip – 4 : Dokumentasikan
sepanjang pengembangan
Dokumentasi sangat berguna untuk pengembangan sistem berikutnya.
Dokumentasi seharusnya dilakukan dari awal pengembangan sistem sampai proses
tersebut selesai dilakukan.
5. Prinsip – 5 : Bentuklah Standar
Untuk mencapai atau memperbaiki integrasi sistem, organisasi beralih ke
standar-standar yang berbentuk arsitektur teknologi informasi enterprise.
Contoh standarnya adalah:
o Teknologi perangkat jaringan
o Teknologi database – engine
o Teknologi perangkat lunak
o Teknologi antarmuka
6. Prinsip – 6 : Kelola proses dan
proyek
o Manajemen proses adalah aktivitas terus-menerus yang
mendokumentasikan, mengajarkan, mengawasi penggunaan, dan memperbaiki
metodologi („proses‟)
terpilih organisasi untuk pengembangan sistem. Manajemen proses peduli dengan
fase, aktivitas, barang
siap dikirim, dan standar kualitas yang seharusnya diterapkan secara konsisten
ke semua proyek.
o Manajemen proyek adalah proses pelingkupan, perencanaan, penyediaan
staf, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan sebuah proyek untuk
mengembangkan sebuah sistem informasi dengan biaya minimal, dalam keragka waktu
yang ditentukan dan dengan kualitas yang dapat diterima.
7. Prinsip – 7 : Membenarkan sistem jaringan
sebagai investasi modal
Pengembangan suatu sistem tentu memerlukan modal yang besar sehingga
pengembangan sistem juga merupakan sebuah investasi untuk perusahaan itu
sendiri.
8. Prinsip – 8 : Janganlah takut untuk
membatalkan atau merevisi lingkup
Pendekatan creeping commitment
dapat dilakukan untuk merevisi lingkup, yaitu strategi tempat kepraktisan dan
risiko dievaluasi ulang secara berkesinambungan melalui sebuah proyek.
9. Prinsip – 9 : Bagilah dan Sederhanakan
Dalam analisis sistem, prinsip ini sering disebut factoring, yaitu
dengan berulang-ulang membagi masalah yang lebih besar (sistem) kedalam
bagian-bagian (subsistem) yang lebih mudah dikelola, menyederhanakan proses
pemecahan masalah.
10. Prinsip – 10 : Desainlah sistem
untuk pertumbuhan dan perubahan
Bisnis-bisnis berubah setiap waktu, kebutuhan berubah, prioritas juga
berubah. Untuk alasan ini maka metodologi yang baik harus mencakup kenyataan
perubahan. Sistem harus didesain untuk mengakomodasi persyaratan-persyaratan
pertumbuhan dan perubahan.
Dengan seiringnya perkembangan jaman maka sebuah sistem tentu tidak
selamanya dapat digunakan dengan baik. Untuk itu perlu ada perubahan terhadap
sistem tersebut baik dengan cara memperbaiki sistem yang lama atau pun jika
perlu untuk mengganti sistem yang lama.
Ada beberapa hal yang mendasari hal tersebut, antara lain:
1. Ada permasalahan pada sistem yang
lama. Permasalahan yang dimaksud disini seperti adanya ketidakberesan pada
sistem yang lama sehingga hasilnya pun tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Contohnya: adanya kesempatan atau peluang anggota dari sistem tersebut untuk
melakukan kecurangan. Permasalahan yang lain juga dapat disebabkan oleh
pertumbuhan organisasi tersebut. Contohnya: pada sebuah perusahaan perdagangan
yang berkembang yang sebelumnya hanya sebatas dalam kota, kini tumbuh hingga
skala nasional bahkan internasional.
2. Pertumbuhan organisasi (perusahaan)
memaksa sistem yang dimiliki sebelumnya harus disesuaikan dengan kebutuhan
kerja dari perusahaan tersebut, misalnya transaksi yang sebelumnya bersifat
konvensional kini lebih modern dengan memanfaatkan internet.
3. Untuk meraih kesempatan
(opportunities). Sebuah sistem harus diperbaiki atau dikembangkan juga
disebabkan untuk meraih kesempatan dari suatu organisasi atau perusahaan.
Misalnya pada tingkat manajer pada sebuah perusahaan dituntut untuk cepat
menghasilkan suatu kebijakan agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih
banyak.
4. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah memaksa
sebuah perusahaan menggunakan sistem yang tidak bertentangan dengan kebijakan
tersebut.
Untuk pengembangan system kita dapat melihat dari beberapa sudut pandang
pendekatan, yaitu diantaranya adalah:
1. Dillihat dari metodologi yang
digunakan:
a. Pendekatan klasik : pendekatan di
dalam pengembangan system mengikuti tahapan daur/siklus hidup system tanpa dibekali
alat-alat dan teknik yang memadai. Permasalahan yang akan timbul pengembangan
system akan sulit, biaya perawatan dan pemeliharaan mahal.
b. Pendekatan terstruktur: pendekatan
di dalam pengembangan sistem mengikuti tahapan daur/siklus hidup sistem dan
dibekali alat-alat dan teknik-teknik yang memadai.
2. Cara menentukan kebutuhan dari
sistem:
a. Pendekatan bawah-naik (bottom – up),
dalam pendekatan ini dilakukan perumusan untuk menangani transaksi dan naik ke
level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan pada transaksinya.
b. Pendekatan atas-turun(top – down),
pendekatan ini mulai dari atas ke bawah dengan mendefinisikan sasaran dan
kebijaksanaan organisasi, barulah kemudian menerapkannya.
6.4 Metodologi
Desain Jaringan
Perencanaan yang cermat sangat penting untuk
memastikan bahwa jaringan yang kita buat akan mendukung kebutuhan organisasi. Berikut
ini adalah beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan ketika akan mendesain
sebuah jaringan:
1. Apakah kebutuhan
dari bisnis atau organisasi?
2. Apa yang harus
dipertimbangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan?
3. Seperti apa
pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan
( untuk jangka pendek dan panjang)?
6.4.1 Tipe
penerapan LAN pada organisasi
Berikut ini adalah beberapa contoh tipe penerapan
jaringan LAN yang sering digunakan, adapun juga pertimbangan-pertimbangan yang
akan terjadi untuk mendesain jaringan LAN tersebut.
1. Tipe jaringan LAN
pada Rumah Sakit
Untuk dipahami bahwa informasi yang akan mengalir
melalui jaringan LAN dirumah sakit adalah informasi yang sangat penting dan
kritis, yaitu menyangkut kehidupan dan nyawa seseorang. Aplikasi-aplikasi yang
bersifat darurat (emergency) harus dikirimkan secara cepat dan otomatis
(automated).
2. Tipe jaringan LAN
pada Perbankan dan Perusahaan keuangan
Dapatkah kita membayangkan bagaimana seandainya
terjadi hilangnya peluang bisnis, jika jaringan memiliki keterlambatan (delay) ?
Bagaimana dengan penundaan yang dapat terjadi dalam dunia online trading?, juga
jika terjadi keterlambatan pada system remote automatic teller machine (ATM)
didalam kita melakukan transaksi?, bukankah itu suatu kerugian yang sangat
besar, maka dari itu dibutuhkan jaringan yang cepat dan aman.
3. Tipe jaringan LAN
Perusahaan Manufaktur
Pada lingkungan manufaktur biasanya line produksi
(alur produksi) diatur oleh system yang digerakkan dengan mesin seperti robot,
jika terjadi kemacetan dalam instruksi pada proses yang ada pada jaringan di
mesin-mesin tersebut, maka kerugian pun tak dapat dihindarkan.
4. Tipe jaringan LAN
pada perusahaan Ritel
Pada toko-toko ritel sering memiliki jaringan LAN,
dimana jaringan ini mengurus persediaan dan penjualan sepanjang hari. Secara
berkala, toko akan terhubung ke LAN perusahaan induk untuk melaporkan
pertukaran dan data informasi transaksi yang dikumpulkan. Bayangkan dampaknya
jika toko tidak mampu untuk melaporkan hasil transaksi dan stok barang yang
akan dikirimkan, sudah pasti akan terjadi kerugian dalam bisnis tersebut.
5. Tipe jaringan LAN
pada pemerintahan
Pertimbangkan jumlah keamanan yang harus dipasang, metode
otentikasi dan otorisasi bagi setiap level dalam pemerintahan haruslah
diperhatikan secara tegas. Pertimbangkan fitur-fitur keamanan apa saja yang
sehrusnya dipasang untuk mengantisipasi jika terjadi seorang hacker dapat
mengakses kedalam jaringan LAN pemerintah.
Hal-hal lain yang harus dipertimbangkan dalam
mendesain suatu jaringan adalah melihat beberapa factor eksternal, yaitu:
1. Mempertimbangkan
kebutuhan yang akan diberikan ke interface WAN, harusnya sebaik yang diterapkan
pada interface LAN
2. Pastikan kita
mengetahui regulasi dan undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah
mengenai pemanfaatan jaringan
3. Peralatan dan tipe
jaringan seperti apa yang dipakai oleh competitor, apakah jaringan itu berjalan
dengan baik dan mampu meningkatkan keuntungan, atau sebaliknya.
4. Potensi
perkembangan teknologi seperti apa yang akan mendatangkan peluang, dan apakah
kita telah sejalan dengan penerapan teknologi tersebut persis seperti apa yang
kita tawarkan.
Semua pertimbangan diatas tidak akan dapat diterapkan
jika kita sebagai perancang jaringan tidak memiliki kemampuan dasar untuk
melaksanakannya, Adapun beberapa kemampuan dan pengetahuan dasar yang harus
kita miliki sebagai perancang jaringan adalah:
1. Kita memahami
konsep-konsep dan konfigurasi perangkat suatu jaringan
2. Kita memahami apa
yang dibutuhkan oleh suatu organisasi
3. Kita memahami
tipe-tipe hardware yang akan dioperasikan dalam sebuah LAN
4. Kita memahami
protocol-protocol untuk mendukung suatu LAN
5. Kita mengetahui
perbedaan tipe-tipe dari topologi jaringan yang digunakan saat ini
6. Kita mengetahui
tentang protokol MAC dan Pengalamatan IP (IP Addressing)
7. Kita mengetahui
fungsi setiap layer pada referensi tujuh layer OSI
6.4.2 Membangun
batasan pada perancangan jaringan (Network Scope)
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam merancang
jaringan adalah melihat seperti apa batasan yang diterapkan pada jaringan
tersebut, yaitu meliputi: tipe daripada jaringan, apakah user hanya
berkomunikasi dengan user yang lain hanya pada satu jaringan, atau adakah
komunikasi yang mengharuskan untuk akses ke jaringan luar, apakah user
memerlukan remote access?, apakah ada vendor dan pelanggan yang membutuhkan
akses kedalam jaringan kita?, aplikasi apa saja yang akan mendukung jaringan
tersebut?, dan yang terakhir adalah berapa biaya yang disediakan untuk
membangun project tersebut, dan waktu deadlock yang ditetapkan untuk
penyelesaian?.
Kemudian secara spesfifik layanan seperti apakah yang
akan berjalan pada jaringan:
1. Apakah jaringan
tersebut akan didukung komunikasi suara (voice communications)?
2. Apakah jaringan
tersebut akan didukung layanan e-commerce?
3. Apakah jaringan
tersebut akan didukung layanan untuk video streaming?
Setelah mengidentifikasi layanan yang akan mendukung
jaringan, kemudian kita harus menentukan analisis lalu lintas yang kemudian
akan dikaitkan dengan perilaku pengguna, seperti kapan alur lalu lintas
(traffic flow) akan mengalami peningkatan, dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan
backup dan mereset jaringan.
6.5 Network Development Life Cycle (NDLC)
Dalam melakukan perancangan jaringan, terdapat
beberapa basis metode pengembangan yang dapt menjadi panduan seorang perancang
jaringan, untuk menentukan tahapan-tahapan apa saja yang dapat memudahkan, dan
kemudian memetakan pengembangan yang akan dilakukan, berikut ini adalah salah
satu metode yang digunakan untuk membangun suatu jaringan.
1.
Analysis
Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa
permasalahan yang muncul,analisa keinginan user, dan analisa topologi /
jaringan yang sudah ada saat ini. Metode yang biasa digunakan pada tahap ini
diantaranya ;
a. Wawancara, dilakukan dengan pihak terkait
melibatkan dari struktur manajemen atas sampai ke level bawah / operator agar
mendapatkan data yang konkrit dan lengkap. pada kasus di Computer Engineering
biasanya juga melakukan brainstorming juga dari pihak vendor untuk solusi yang
ditawarkan dari vendor tersebut karena setiap mempunyai karakteristik yang
berbeda.
b. survey langsung kelapangan, pada tahap analisis
juga biasanya dilakukan survey langsung kelapangan untuk mendapatkan hasil
sesungguhnya dan gambaran seutuhnya sebelum masuk ke tahap design, survey biasa
dilengkapi dengan alat ukur seperti GPS dan alat lain sesuai kebutuhan untuk
mengetahui detail yang dilakukan.
c. membaca manual atau blueprint dokumentasi, pada
analysis awal ini juga dilakukan dengan mencari informasi dari manual-manual
atau blueprint dokumentasi yang mungkin pernah dibuat sebelumnya.
d. menelaah setiap data yang didapat dari data-data
sebelumnya, maka perlu dilakukan analisa data tersebut untuk masuk ke tahap
berikutnya. Adapun yang bisa menjadi pedoman dalam mencari data pada tahap
analysis ini adalah;
- User / people : jumlah user, kegiatan yang sering
dilakukan, peta politik yang ada, level teknis user
- Media H/W & S/W : peralatan yang ada, status
jaringan, ketersedian data yang dapat diakses dari peralatan, aplikasi s/w yang
digunakan
- Data : jumlah pelanggan, jumlah inventaris sistem,
sistem keamanan yang sudah ada dalam mengamankan data.
- Network : konfigurasi jaringan, volume trafik
jaringan, protocol, monitoring network yang ada saat ini, harapan dan rencana pengembangan
kedepan
- Perencanaan fisik : masalah listrik, tata letak,
ruang khusus, system keamanan yang ada, dan kemungkinan akan pengembangan
kedepan.
2.
Design : Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap Design
ini akan membuat gambar design topology jaringan interkoneksi yang akan
dibangun, diharapkan dengan gambar ini akan memberikan gambaran seutuhnya dari
kebutuhan yang ada. Design bisa berupa design struktur topology, design
akses data, design tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan gambaran jelas
tentang project yang akan dibangun. Biasanya hasil dari design berupa ;
a. Gambar-gambar topology (server farm, firewall,
datacenter, storages, lastmiles, perkabelan, titik akses dan sebagainya)
b. Gambar-gambar detailed estimasi kebutuhan yang ada
3.
Simulation Prototype : beberapa perancang jaringan
akan membuat dalam bentuk simulasi dengan bantuan Tools khusus di bidang
network seperti BOSON, PACKET TRACERT, NETSIM, dan sebagainya, hal ini
dimaksudkan untuk melihat kinerja awal dari network yang akan dibangun dan
sebagai bahan presentasi dan sharing dengan team work lainnya. Namun karena
keterbatasan perangkat lunak simulasi ini, banyak para networker’s yang hanya menggunakan
alat Bantu tools VISIO untuk membangun topology yang akan didesign.
4.
Implementation : di tahapan ini akan memakan
waktu lebih lama dari tahapan sebelumnya. Dalam implementasi networker’s akan
menerapkan semua yang telah direncanakan dan di design sebelumnya. Implementasi
merupakan tahapan yang sangat menentukan dari berhasil / gagalnya project yang
akan dibangun dan ditahap inilah Team Work akan diuji dilapangan untuk
menyelesaikan masalah teknis dan non teknis.
Ada beberapa Masalah-masalah yang sering muncul pada
tahapan ini, diantaranya ;
a. jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor
penghambat,
b. masalah dana / anggaran dan perubahan kebijakan
c. team work yang tidak solid
d. peralatan pendukung dari vendor makanya dibutuhkan
manajemen project dan manajemen resiko untuk menimalkan sekecil mungkin
hambatan-hambatan yang ada.
5.
Monitoring : setelah implementasi tahapan
monitoring merupakan tahapan yang penting, agar jaringan komputer dan
komunikasi dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user
pada tahap awal analisis, maka perlu dilakukan kegiatan monitoring. Monitoring
bisa berupa melakukan pengamatan pada:
a. Infrastruktur hardware : dengan mengamati kondisi
reliability / kehandalan system yang telah dibangun (reliability = performance
+ availability + security),
b. Memperhatikan jalannya packet data di jaringan (
pewaktuan, latency, peektime, troughput)
c. Metode yang digunakan untuk mengamati ”kesehatan”
jaringan dan komunikasi secara umum secara terpusat atau tersebar. Pendekatan
yang paling sering dilakukan adalah pendekatan Network Management, dengan pendekatan
ini banyak perangkat baik yang lokal dan tersebar dapat di monitor secara utuh.
6.
Management, di manajemen atau pengaturan,
salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah masalah Policy, kebijakan perlu
dibuat untuk membuat / mengatur agar sistem yang telah dibangun dan berjalan
dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur Reliability terjaga. Policy akan
sangat tergantung dengan kebijakan level management dan strategi bisnis
perusahaan tersebut. IT sebisa mungkin harus dapat mendukung atau alignment dengan
strategi bisnis perusahaan.
Metode lain yang hampir sama menurut whitepaper ”Creating business value and
operational excellence with the cisco lifecycle
services approach” , bahwa Pada setiap phase dalam sebuah lifecycle pengembangan
jaringan, dibutuhkan pada setiap bagian dengan
kesesuaian bisnis dan kebutuhan teknis dari perusahaan tersebut.
1.
Prepare, pada
bagian ini biasanya analis melihat strategi dari perusahaan, proses bisnis, core bisnis dan produk yang dihasilkan, hal ini
berguna untuk menetapkan dan menempatkan strategi
Internetworking yang akan dibangun dengan “blue print” IT Infrastruktur dan aspek financial yang akan
dikembangkan kedepan.
Hindari
:
• karena
tidak adanya “support” dari manajemen atas maka tidak semua user akan membantu pencarian analisa data awal ini
•
beberapa user “keep” data dan bersikap acuh tak acuh, padahal data mereka dibutuhkan untuk tahapan perencaan berikutnya
•
mendapatkan data mentah, carilah data-data sedetil mungkin tentang project ini
• tidak
mengajak semua level pegawai, usahakan lakukan analisa dari sudut berbagai kebutuhan user di jaringan tersebut.
2.
Plan, pada bagian
perencanaan, ditahap ini akan dipelajari tentang infrastruktur IT (hadware, software, proses bisnis) yang telah berjalan
dan digunakan. Tahapan ini meneruskan dari tahap prepare
sebelumnya, Dengan perencanaan yang baik maka akan membantu untuk mengatur pekerjaan, resiko yang mungkin
muncul, permasalahan yang ditemui, responsibility, tenggang
waktu milestones, dan kebutuhan sumber daya yang dibutukan untuk
pengerjaan project yang akan dilakukan, namun dalam perencanaan jangan sampai akan melebihi dari kemampuan perusahaan
baik dari sisi financial dan strategi bisnisnya.
Hindari
:
•
Hindari perencanaan yang tidak matang, misalnya tidak menjelaskan secara rinci
topology,
layer akses atau lainnya dikarenakan data yang tidak lengkap
• Jangan
membuat perencanaan yang tidak menjadi peningkatan produktifitas bisnis perusahaan tersebut
•
misalnya perencanaan pembelian barang dengan tidak memperhatikan kurs dollar, tenaga SDM kontrak / freelance, jadi lakukan dengan
tepat karena bias salah dari perencanaan.
3. Design, dalam tahap perancangan harus memperhatikan
masalah availability, reliability, security dan
performance. Jangan sampai sistem yang baru tidak lebih baik dari sistem yang lama. Beberapa kasus tahapan design inilah yang
menjadi factor penentu dari tahapan berikutnya,
seorang analis network yang baik dapat dengan jelas dan mengetahui secara menyeluruh permasalah dan strategi pengembangan
kedepan dari sistem yang sedang dikerjakannya. Lakukan secara
menyeluruh dan mendalam dari analisa masalah yang muncul
di tahap sebelumnya.
Tahapan
ini juga harus menjelaskan tentang bagaimana proses konfigurasi, koneksi percobaan, pengembangan kedepan, dan proses migrasi
dari system lama ke system baru, demo system dan
validasi
Hindari
:
• Analisa
yang salah hingga user merasa peningkatan performa network secara keseluruhan tidak ada bedanya dengan system yang lama
•
Pemikiran yang sempit atau hanya focus pada salah satu area saja, untuk
mendapatkan network yang availability baik ada banyak sekali
faktornya tidak hanya oleh konfigurasi hardware namun
juga harus memperhatikan user, proses dan tools yang ada.
4. Implement, sebelum di implementasikan akan dilakukan
testing terlebih dahulu, banyak para analis akan melakukan pilot
project dan simulasi sebelum implementasi system yang baru, hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan
yang mungkin muncul. Proses ditahapan ini adalah instalasi,
konfigurasi, dan integrasi system. Bisa jadi salah satu bagian network telah berhasil dimigrasi dengan baik namun
tidak berarti semua bagian akan lancar.
Hindari
:
•
Ketidakpastian dan ketidakyakinan sistem yang akan diimplementasi, misalnya
dengan mencoba-coba implementasi sistem yang belum pernah
digunakan atau pengalaman sebelumnya tanpa di temani pihak
lain yang sudah pengalaman.
•
Kurangnya team support / pendukung lainnya, usahakan team terdiri dari beberapa orang yang disesuaikan dengan skill yang dibutuhkan.
• Plug n
play, jangan berpikir setelah di integrasikan, di interkoneksikan, di install
dapat berjalan sesuai dengan rencana diatas kertas.
5.
Operate, tahapan
ini bagian dari tahapan implementasi, setelah di implementasi maka perlu dilakukan pengawasan dan pemantauan pada pengoperasiannya,
beberapa kasus pada
tahapan
ini akan terlihat beberapa kasus masalah misalnya tidak kompatibelnya hardware,
masalah
pada software dan aplikasi yang selama ini jalan tidak ada hambatan namun setelah implementasi menjadi terganggu, user yang
mengeluh tidak adanya perubahan pada performance dengan sistem
yang baru dan sebagainya.
Hindari
:
• Tidak
melibatkan team lain dari beberapa bagian lain di perusahaan tersebut
• Tidak
mempunya plan lain, buatlah Plan A, Plan B dan sebagainya untuk menghindari masalah yang akan muncul
• Team
langsung bubar, beberapa kasus team project langsung pergi, usahakan untuk
tetap di
tempat selama beberapa waktu sampai kondisi bisa di kendalikan.
6.
Optimize, masukan
pada saat tahapan implementasi dan operate akan sangat mempengaruhi tahapan optimalisasi ini, dimana dari
masukan tadi bisa memberikan input untuk
penanganan, redesign, rekonfigurasi dan perubahan yang perlu dilakukan tanpa merubah arah dari tujuan project tersebut.
Hindari
:
• Tidak
melibatkan team lain dari beberapa bagian lain di perusahaan tersebut
• Tutup
mata dan telinga untuk aduan dari user kepada team, sangat disarankan untuk membuat helpdesk / hotline.
6.6 Kebutuhan Pengembangan Internetworking
Secara
umum, ada 3 elemen penting pada saat pengembangan jaringan menurut literature
white
paper internetworking design guide cisco ;
1.
Kebutuhan yang
diinginkan (environmental given), termasuk lokasi host, servers, terminal, dan peralatan end point lainna, yang menjadi focus
adalah biaya yang dibutuhkan untuk membawa setiap
tingkatan layanan yang diinginkan user.
2.
Batasan Kinerja,
performance constraints sangat focus pada masalah reliability jaringan, traffic throughput, dan kecepatan host / client
(seperti NIC dan kecepatan akses hardisk)
3.
Internetworking
Variabel, termasuk network topology, kapasitas jaringan, dan aliran
paket
data.
6.7 General Network Design Process (GNDP)
1.
Assessing User
Requirements, Melakukan analisa kebutuhan user pengguna adalah dilangkah awal ini, dimana unsur availability seperti
respon time, throughput dan reliability harus tercapai.
a. Respon time dapat diukur dengan berapa lama respon
yang dibutuhkan pada saat memberikan perintah atau
menjalankan aplikasi ke sistem, karena beberapa aplikasi
kritikan membutuhkan waktu respon yang cepat seperti online services.
b. Throughput, paket-paket yang lewat dijaringan yang
padat akan sangat sensitive dengan bandwitdh yang ada,
aplikasi, file transfer, sumber daya yang bisa diakses dan protocol yang digunakan. Volume traffic
Aplikasi-aplikasi kritikal akan sangat terpengaruh
pada keadaan kondisi jaringan saat itu. Troughput sangat terpengaruh dengan bandwidth, devices yang digunakan, media
transmisi yang digunakan dan topology yang dibangun.
c. Reliability
sangat sensitive dan penting, beberapa aplikasi sangat sensitive dengan kondisi jaringan untuk koneksi yang selalu online,
apalagi saat ini era Unified Communications yang
menconvergence data, suara dan video dalam jaringan yang terpusat. Kehandalan sangat dibutuhkan untuk menjamin
layanan dapat di delivered ke user / pelanggan.
Dilangkah
awal ini untuk mendapatkan kebutuhan yang detil dapat menggunakan beberapa pendekatan, seperti metode ;
a. Profile komunitas user secara keseluruhan, dibutuhkan
untuk menyamakan persepsi semua user yang ada tentang
kebutuhan dan policy di jaringan, seperti akses mail, group user, hak akses sumber daya printer dan storages
server.
b. Wawancara dan survey langsung kelapangan, dibutuhkan
wawancara dan survey untuk mendapatkan data
sebenarnya, karena bisa saja ekspetasi setiap user di berbeda bagian juga berbeda keinginan dan problemnya
selama ini, problem
seperti akses ke aplikasi sistem
informasi, penggunaan bandwidth, dan sebagainya.
Assessing
Cost, Analisa kebutuhan biaya, biaya sangat mempengaruhi dari implementasi dan design yang akan dilakukan, jumlah yang dibutuhkan
sangat mempengaruhi Total Cost Ownership (TCO). Dalam
pengangaran produk sebagai solusi yang digunakan sebagai backbone, core, distribusi, dan akses akan sangat
tergantung pembiayaannya dari produk yang akan
digunakan. Setiap solusi punya karakteristik sendiri yang
membedakan kelas antar vendor tersebut.
Estimasi
biaya yang harus dikeluarkan untuk implementasi design network, seperti ; Kebutuhan biaya h.w dan s.w, Biaya Instalasi, Biaya
ekspansi, Biaya Support dan Biaya downtime TCO sangat sensitive tentang berapa lama investasi
yang ada akan kembali dan berapa persen efisien
dan efektif dari implementasi yang telah dilakukan dapat dinikmati.
Pembiayaan sangat terpengaruh dari solusi teknologi yang
akan digunakan, Beberapa vendor internetworking malah memberikan
solusi garansi yang lama, pembelian barang second untuk
ditukarkan dengan solusi terbaru, model garansi penggantian alat yang rusak
selama masa kontrak, jaminan sukucadang / heldesk hotline
produk dan sebagainya ini juga perlu menjadi
perhatian networker’s dalam menentukan solusi.
2.
Select Topologies
and Technologies to satisfy needs, pada tahap adalah memilih topology dan teknologi yang tepat digunakan. Dalam perancangan
jaringan computer, pemilihan topology sangat berpengaruh pada
performace network, factor yang harus diperhatikan dalam perancangan topology adalah aplikasi yang
berjalan, jumlah device endpoint yang akan
dikoneksikan, sebaran endpoint, mobilitas pengguna, dan solusi vendor yang akan digunakan.
Pemilihan
teknologi perangkat core backbone, distribusi, access, dan sistem keamanan akan sangat menentukan kepuasan user dari penggunaan
perangkat switch, router, dan sumber daya lain yang digunakan.
Pengaruhnya pada jaminan layanan kepada user yang akan
diberikan oleh teknologi yang tepat, jaminan layanan akan sangat erat dengan reliability atau kehandalan network kita.
Contoh
pembagian akses secara hirarki dari cisco, membagi dalam beberapa hirarki
seperti
pada
gambar diatas Model tersebut menjadi 3 layer / tingkatan ;
a. Hirarki Core : pada bagian Inti terdapat interkoneksi
utama atau akses utama dari network dan yang akan
mengoptimalkan transport antar sites. Bisa berupa perangkat Switching di Layer 2 atau Layer 3 yang tugas pokonya
sebagai interkoneksi semua sumber daya. Contohnya perangakt Switching Layer 3 yang bertugas forward dan routing semua paket masuk dan keluar network, fungsi
firewall dan sistem keamanan lainnya juga bisa di
implementasikan di Hirarki Core ini
b.
Hirarki Distribution
: di bagian distribusi akan ditugaskan untuk mendistribusikan semua pengaturan di hirarki Core ke Access dan yang
akan membuat kebijakan koneksi. Distribusi lebih ditekankan untuk
mempermudah pengaturan dan menyebarkan resource yang ada di
network sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Peralatan pada hirarki ini biasanya berupa Switching di layer 2.
c. Hirarki Access : di bagian inilah semua perangkat
disebarkan dan di interkoneksikan ke semua end point
sumber daya yang ada misalnya terminal user dan sebagainya. Peralatan bisa berupa router layer 3 atau switching
layer 2.
3. Model Network Workload, model beban kerja jaringan
harus menjadi perhatian pada saat
mendesign
topology yang akan dibuat, terutama untuk solusi aplikasi yang kritikal, peektime traffic yang tinggi, akses ke resources yang
besar, solusi yang sering digunakan seperti
loadbalanced systems baik backbone atau akses link, sistem distribusi/tersebar, model synchronization, database terdistribusi, dan lain-lain
yang akan menjamin realibility 100% tanpa downtime.
4. Simulate behavior under expected Load, membuat
mekanisme seperti pekerjaan yang sebenarnya,
biasanya para networker’s akan mempresentasikan design yang dibuat ke team work atau ke pelanggan, penggunaan simulasi perangkat
lunak menjadi solusinya. Dengan penggunaan simulasi ini diharapkan dapat mengukur performa dari design network
yang dibuat.
5. Perform sensitive test, testing performa biasanya
dilakukan pada network dibagian tertentu untuk melihat seberapa
jauh perubahan yang terjadi pada saat implementasi nantinya.
6.
Rework design as
needed, lakukan design ulang jika dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang lebih
optimal, biasanya hasil didapatkan dari masukan user, team work atau management.
6.8 Penjadwalan
pengembangan jaringan
Dalam pengembangan jaringan, penjadwalan proses
merupakan hal yang harus diperhatikan dengan serius. Jika sejak awal kita telah
gagal dalam membuat jadwal yang baik, maka dapat dipastikan proyek tersebut
akan kacau sehingga mengakibatkan tertundanya waktu proyek dan membengkaknya
biaya.
0 komentar:
Posting Komentar